Halo apa kabar semua? Kembali lagi dengan cerita perjalanan saya dan keluarga. Kali ini saya ingin bercerita pengalaman kami liburan hemat bersama bayi ke Malaysia selama 4 hari dengan destinasi Melaka dan Kuala Lumpur. Yap, kali ini adalah liburan pertama kali nya kami membawa si kecil “Yuna” yang berumur 7 bulan untuk liburan ke luar negeri.
Berawal di akhir Desember 2018 yang bingung cuti masih ada sisa 4 hari mau di pakai kemana. Iseng-iseng cek AirAsia, ternyata lagi ada promo Jakarta – Kuala Lumpur PP 600 ribu untuk di Januari 2019, ya sudah tanpa pikir panjang saya ambil deh 2 tiket PP + 1 infant untuk tanggal 6-10 Januari 2019.
Harga 2 tiket dewasa PP Rp. 1.200.000, 1 infant PP Rp. 300.000, bagasi PP (1 nama) Rp. 400.000 dan meal onboard PP Rp. 100.000. Total biaya tiket pesawat Rp. 2.000.000.
Ya, untuk AirAsia infant (bayi di bawah umur 2 tahun) tetap di hitung ya walaupun duduk di pangkuan ibunya (tidak beli kursi). Kali ini flight nya harus pake bagasi karena bawa bayi 😀
Karena kami sudah beberapa kali ke Kuala Lumpur, jadi tujuan kali ini kami putuskan untuk 2 hari ke Melaka dan 2 hari di Kuala Lumpur. Di Kuala Lumpur kami putuskan untuk ke Colmar Tropicale yang berada di Genting dan sisanya bersantai di area Bukit Bintang. Simak cerita perjalanan kami ya, yang mungkin berguna.
4 Hari Liburan Hemat Bersama Bayi ke Melaka – Kuala Lumpur
Day 1: 6 Januari 2019
Itinerary:
- Soekarno-Hatta International Airport
- KLIA2
- Melaka Sentral
- Orkid Hotel
- St. Peter’s Church
- Little India
- Church of St. Francis Xavier
- Dutch Square Melaka (Christ Church)
- The Stadthuys
- St. Paul’s Church
- A’Famosa Fort
- Maritime Museum
- Jonker Night Market
Hari pertama sudah banyak banget ya rute nya, tapi sebenarnya destinasi yang di Melaka itu berdekatan jadi tinggal jalan kaki aja loh. 😀
Soekarno-Hatta International Airport
Tanggal 6 Januari 2019 di hari minggu flight perdana si bayi ini pada pukul 05:15 WIB, jadi kami sudah harus tiba di bandara Soekarno-Hatta International Airport maksimal pukul 04:00 WIB.
Packing sudah di lakukan sehari sebelum nya, berikut perlengkapan bayi yang kami bawa:
- Ear muff
- Slow Cooker
- Sunblock bayi
- Kipas angin mini
- Stroller Cabin Size (7kg)
- Perlak dan perlengkapan mandi bayi
- Pakaian dan popok bayi
- Bahan makanan dan Snack bayi
- Perlengkapan makan bayi
Untuk koper yang kami gunakan adalah Koper 24 inch (bagasi). Cukup untuk semua pakaian dan keperluan orang tua dan bayi, kecuali Stroller nya ya. 🙂
Menggunakan Grab dari rumah kami yang berada di Kabupaten Tangerang ke bandara itu lumayan mahal juga sekitar Rp. 100.000. Oh ya, bagi kalian yang belum tahu, per 12 Desember 2018, penerbangan AirAsia domestik dan internasional sudah pindah ke Terminal 2 yang sebelum nya di Terminal 3. Jadi berangkat pukul 03:00 WIB dari rumah menuju ke Terminal 2 Soekarno-Hatta International Airport. Walaupun sudah web check-in dari aplikasi AirAsia, tapi karena kami membawa bayi dan bagasi, tetap harus ke counter Baggage Drop.
Nah, bagi kalian yang membawa Stroller bayi seperti kami, stroller itu tidak di hitung bagasi alias Gratis, namun untuk AirAsia jika berat nya lebih dari 7kg harus di masukkan ke bagasi, tapi jika masih di 7kg (cabin size) bisa di bawa masuk ke pesawat asalkan di masukkan ke tas stroller nya. Biasanya ketika membeli Stroller dapat tuh tas nya.
Berikut tata cara untuk membawa stroller ke cabin pesawat AirAsia:
- Ketika di counter baggage drop, stroller akan di tempelkan Tag oleh petugas.
- Stroller masih bisa digunakan sampai ke Boarding Gate.
- Ketika sudah mau masuk pesawat, jika stroller cabin size (7kg) lipat stroller dan masukkan ke Tas nya.
- Masukkan ke cabin di atas tempat duduk.
- Jika stroller di atas 7kg, lipat stroller dan berikan ke petugas (pramugari) yang akan di masukkan ke bagasi.
Untuk kami, karena saya lupa untuk membawa Tas nya (padahal cabin size), jadi ketika mau naik pesawat terpaksa di berikan ke petugas untuk di taruh di bagasi. Ketika sudah landing di KLIA2, ambil stroller nya di area Oversize Baggage Reclaim (Tuntutan Bagasi Lebih Saiz).
Tepat pukul 05:15 WIB pesawat AirAsia QZ200 pun lepas landas menuju ke KLIA2. Oh ya, ketika lepas landas karena tekanan cukup tinggi, disarankan bayi menggunakan Ear muff dan di susui oleh ibunya agar tetap tenang.
Kuala Lumpur International Airport 2
Tepat pukul 08:00 AM local time, pesawat pun tiba di KLIA2 dengan selamat dan pertama kali nya si bayi berkunjung ke negara lain dan selama perjalanan di pesawat Yuna tidak rewel loh, hore. Tiba di bandara KLIA2 si bayi langsung pup, saking senang nya hahahah 😀
Berkali-kali tiba di imigrasi KLIA2 ini selalu horor dengan antrian yang panjang dan lama, namun kali ini sepi dan proses cepat sekali, mungkin karena sudah lewat musim liburannya.
Untuk proses imigrasi bayi ditemani ibu nya, si bayi tidak perlu scan isometrik jari, hanya perlu dilihatkan saja muka nya ke petugas untuk di cocok kan dengan foto yang ada di passport. Hore, akhirnya passport Yuna ada cap nya. 😀
Menuju ke area bagasi, yang pertama saya tuju adalah area Oversize Baggage Claim, untuk mengambil stroller. Deg-degan takut rusak, ternyata aman sentosa dan mengambil bagasi kami.
Karena di KLIA2 ini ada groceries store, jadi sang istri menyempatkan untuk membeli bahan makanan untuk bayi berupa Hati Ayam, Brokoli dan Tahu seharga RM 6.
Oh ya tidak lupa saya mengaktifkan paket Internet Roaming Telkomsel 3 hari (1 giga) sebesar Rp. 120.000
Bus KLIA2 – Melaka Sentral Bus Terminal
Jadi, karena tujuan hari pertama ini langsung ke Melaka, saya putuskan naik bus dari KLIA2 langsung ke Melaka. Tiket busnya bisa di beli di KLIA2 ini, di area Bus di lantai dasar.
Dari lantai Ketibaan (Arrival) turun ke Ground Floor dan ikuti saja jalan lurus ke arah exit, nanti akan ada petunjuk untuk ke area Keberangkatan Bus.
Untuk ke Melaka, pilih lah counter ticket yang menjual tiket Bus Transnasional. Karena Transnasional adalah salah satu moda transportasi yang termurah untuk menuju Melaka dari KLIA2. Harganya perorang RM 24.10 (one way), bayi (anak di bawah 3 tahun) gratis.
Kebagian tiket pukul 09:45 AM, masih ada sekitar 30 menit waktu untuk bersantai, kami isi dengan memberikan sarapan untuk Yuna, yang sudah kelaparan karena semua yang ada di depan nya dia gigit 😀
Pukul 09:45 AM bus pun tiba di platform A07 lokasinya tepat di pintu keluar bandara. Sedikit info, tidak ada petugas untuk membantu memasukkan tas ke bagasi bus dan biasanya bagasi sudah terisi, jadi kalian harus cari celah agar bagasi nya muat. Perjalanan sekitar 2 jam, kami pun tertidur.
Melaka Sentral Bus Terminal
Tiba di Melaka Sentral Bus Terminal pukul 11:00 AM, kami langsung mencari halte untuk naik ke bus no 17. Bus no. 17 dengan tujuan akhir Ujong Pasir ini searah dengan hotel yang kami tempati, Orkid Hotel di Jalan Bendahara. Juga, bus no. 17 ini termasuk bus wisata karena melewati area Heritage Walk Melaka seperti Christ Church dan The Stadthuys. Untuk biaya nya tergantung jarak dari RM 1-2.
Oh ya, untuk menuju ke halte Bus no. 17 ini, ikuti petunjuk menuju ke area Bas Domestik. Melewati area dalam dari Melaka Sentral yang mirip Tanah Abang. Nanti akan tiba di area tunggu, tinggal kita cari platform no 17 deh.
Note: Sebenarnya kalau gak mau repot, bisa order GRAB saja, ke area heritage Melaka sekitar RM 8. Tapi saya ingin mencoba angkutan umum nya dulu.
Orkid Hotel Melaka
Bus umum di Melaka ini bisa turun di mana saja, jadi kami minta stop di depan Orkid Hotel. Saya membooking Orkid Hotel ber Bintang 3 ini via Traveloka seharga Rp. 500.000 untuk 2 malam, Deluxe Double Room with Breakfast.
Ukuran kamar nya besar, dengan kamar mandi yang luas dan ada bath tub. Juga terdapat mini cooler yang cocok untuk menaruh makanan bayi. Untuk sarapan nya juga enak dan cukup lengkap, namun karena ini hotel tua terdapat beberapa bagian hotel yang terlihat sudah kusam dan juga staf resepsionis yang kurang ramah, bahkan selama 2 malam saya disini senyum pun tak ada. Untuk review lengkap nya nanti di artikel lain ya.
Oh ya, akhir 2018 lalu, pemerintah Malaysia memberlakukan peraturan baru untuk turis bernama Tourism Tax. Jadi, tiap wisatawan yang menginap di hotel Malaysia, akan dikenakan biaya RM 10 permalam/perkamar. Karena kami menginap 2 malam jadi kena biaya tambahan RM 20, yang di bayarkan cash di resepsionis (tidak termasuk di biaya Traveloka). Satu hal lagi, walaupun saya booking via Traveloka, namun receipt yang tertera di pihak hotel ternyata dari Expedia.
Rehat sejenak di hotel dan makan siang. Di depan hotel ini terdapat Restoran India yang cukup enak dan murah. Kami memesan 2 set daging kambing dan 1 set daging ayam, beserta nasi kari India dan 2 es Teh Tarik dengan harga RM 25.
St. Peter’s Church
Destinasi pertama adalah St. Peter’s Church, yang letak nya hanya sekitar 5 menit jalan kaki dari hotel. Namun, karena ini adalah gereja aktif jadi hanya buka pada masa waktu Ibadah saja.
Little India
Lanjut ke Little India yang hanya berjarak sekitar 5 menit jalan kaki dari hotel. Yuna sudah siap dengan Stroller, Sunblock dan Kipas Angin Mini nya, karena Melaka ini cuacanya panas.
Di area Little India ini, kita akan menemukan banyak sekali toko-toko menjual pakaian, makanan dan souvenir khas India.
Nah, di ujung area Little India ini ada satu pertigaan kecil yang ditengah-tengah nya terdapat Mini Fountain yang di penuhi oleh banyak burung Merpati.
Church of St. Francis Xavier
Lalu jalan sedikit dari pertigaan tadi ada gereja lagi yang berasitektur keren namanya Church of St. Francis Xavier. Karena gereja aktif jadi hanya buka waktu ibadah saja.
Dutch Square Melaka
Berjalan lagi sekitar 10 menit kita akan tiba di ikon nya kota Melaka yaitu Melaka Christ Church. Di area yang disebut Dutch Square ini kalian bisa berfoto dengan latar belakang Christ Church yang bertema kan bata merah dan Air Mancur nya yang sering digunakan untuk orang melemparkan koin. FYI, area ini masuk dalam UNESCO World Heritage loh.
Oh ya, terdapat juga Becak Hias, yang bisa kalian sewa untuk keliling di area Dutch Square ini dengan berbagai tema dari Hello Kitty sampai ke bunga-bunga dengan biaya RM 40. Karena bayi saya tidur di Stroller selama kami muterin Dutch Square ini, jadi kami tidak mencoba naik Becak Hias. 😀
Di area sekeliling Dutch Square ini banyak Instagramable Spots loh, jadi jangan sampai dilewatkan ya, apalagi area dekat sungai nya, dimana tembok-tembok dari dinding gedung di seberang nya itu banyak mural keren. Jangan lupa juga Melaka Clock Tower dan logo I Love Melaka nya ya.
The Stadthuys
Gedung ini berada di area Dutch Square, kalian tidak akan mungkin melewatkan nya. Berupa museum yang menunjukkan sejarah masyarakat Melaka dari masa penjajahan Portugis, Belanda hingga ke British.
Untuk tiket masuk nya seharga RM 10 (dewasa) dan RM 4 (anak). Namun, saya tidak masuk karena tangga nya not-stroller friendly. Tapi, katanya dari salah satu sisi Stadthuys ini, kita bisa dapat foto keren Dutch Square loh.
St. Paul’s Church
Nah satu lagi situs gereja kuno yang keren di area ini adalah St. Paul’s Church. Lokasi nya berada di St. Paul’s Hill yang tidak jauh dari Dutch Square tadi. Ada banyak papan petunjuk yang bisa membantu mengarahkan kita, kurang lebih sekitar 200 meter. Namun, karena berada di hill (bukit) tidak cocok untuk stroller, karena harus naik tangga yang cukup tinggi. Bayi dan istri saya menunggu di bawah, sedangkan saya naik ke atas.
Sesampai nya di atas, reruntuhan gereja ini saya rasa memang Instagramable Spot dan juga kalian bisa sedikit belajar tentang sejarah Melaka dari plakat-plakat yang berada di dalam gereja ini. Oh ya, ada semacam sumur disini, biasanya orang akan lempar koin ke dalam nya semacam Wishing Well gitu.
Setelah puas, saya pun turun lagi.
A’Famosa Fort
Destinasi selanjut nya adalah A’Famosa Fort, sebuah reruntuhan benteng Portugis di Kota Melaka. Benteng ini merupakan salah satu sisa arsitektur Eropa paling tua di Asia. Lokasi nya tidak jauh dari titik poin naik tangga ke St. Paul’s Church tadi mungkin sekitar 300 meter jalan kaki.
Sesampai nya di area A’Famosa Fort ini kita akan berada di area yang mirip square cukup luas, dimana di salah satu sisi terdapat sebuah reruntuhan bangunan kuno yang di depannya terdapat 2 buah meriam. Ya ini adalah A’Famosa Fort kecil ya, tapi salah satu destinasi wajib untuk dikunjungi.
Oh ya, jalan dari Dutch Square sampai ke A’Famosa Fort ini sekitar 500 meter dan jalan nya bagus untuk Stroller kok.
Maritime Museum
Nah kalau kalian sering liat poto di Google sebuah kapal kayu besar ala Eropa kuno di Melaka, itu adalah kapal di Maritime Museum (Museum Samudera). Ya kapal kayu seukuran asli nya ini memang di ubah sedemikian rupa menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi oleh umum.
Untuk menuju kesini, ketika kita berada di Dutch Square ada persimpangan yang menuju 3 jalur, ke kiri arah A’Famosa Fort, ke kanan arah Jonker Walk, arah lurus menuju ke Museum Samudera. Nah, jika kalian dari Dutch Square ambil jalan lurus sekitar 300 meter, karena kami dari A’Famosa Fort jadi harus berjalan sekitar 500 meter deh.
Setiba nya di sini ternyata tutup, karena kami tiba ketika weekend dan sudah lewat jam kunjungan terakhir yaitu 04:30 PM. Jadi, bagi kalian yang mau masuk kesini waktu kunjungan ke Museum Samudera adalah Senin – Minggu pukul 09:00 sampai 16:30 ya. Oh ya tiket masuk nya RM 10 (dewasa) dan RM 6 (anak).
Jonker Night Market
Nah satu lagi ikon kota Melaka yang sangat terkenal adalah Jonker Night Market / Jonker Walk nya, yang hanya dibuka tiap weekend malam atau Jumat, Sabtu, Minggu. Waktu kunjungan kami pas sekali yaitu weekend jadi kami cukup beruntung bisa merasakan Jonker Night Market ini.
Jika kalian dari Dutch Square tinggal belok ke kiri melintasi jembatan kecil sekitar 200 meter, kalian sudah berada di gerbang awal (timur) Jonker Street.
Kalau kalian pernah ke Jalan Alor di Kuala Lumpur, suasana nya mirip, dimana kiri kanan jalan di isi oleh stand kaki lima para pedagang baik itu makanan, minuman ataupun souvenir. Disini istri saya beli Coconut Ice Cream seharga RM 4.
Di area tengah dari Jonker Walk ini terdapat sebuah komplek museum bernama Taman Warisan Dunia Jonker Walk 2010. Oh ya bagi kalian yang belum tahu area Jonker Walk ini memang sudah di akui oleh UNESCO sebagai salah satu heritage sites sejak 2010 loh.
Di dekat sini juga terdapat area food court dengan pilihan makanan yang beragam. Kami memilih Nasi Lemak Komplit seharga RM 10 per porsi.
Ada satu yang unik di area ini. Jadi, di dekat gerbang barat dari Jonker Walk, terdapat sebuah stage yang berada di persimpangan antara Jalan Hang Jebat dan Jalan Tokong. Nah, di stage tersebut tiap weekend malam nya diadakan lomba karaoke mandarin. Ketika, kami datang sedang ada orang tua yang karaoke mandarin, yang ditonton oleh penduduk di sekitar. Oh ya. di area ini saya membeli souvenir gantungan kunci Melaka seharga RM 10 (3 buah).
Tiba di ujung barat dari Jonker Street dengan di tandai dengan gerbangnya dan sebuah gereja bernama Tamil Methodist Church Malacca, kami putuskan untuk menyudahi malam ini dan naik GRAB untuk menuju ke hotel dengan tarif RM 8.
Note: Aplikasi Grab yang dari Indonesia bisa digunakan di Malaysia, karena dia akan otomatis melakukan update sesuai negaranya. Penggunaannya sama, namun cara pembayarannya tidak bisa menggunakan OVO, hanya Cash dan Kartu Kredit. Selama di Malaysia saya menggunakan pembayaran Cash saja.
Oh ya, selama di Jonker Street stroller bisa digunakan loh. Namun, karena padat nya pengunjung berhati-hati ya agar tidak menabrak orang. Satu hal lagi, di Melaka ini cuaca sangat panas mirip di Jakarta lah, dan juga di malam hari nya angin tidak berhembus. Jika bayi nya tidak tahan cuaca panas, lebih baik persiapkan Electric Mini Fan, karena bayi saya meleleh selama di Melaka. 😀
Demikian untuk bagian pertama dari 4 hari liburan bersama bayi ke Melaka – Kuala Lumpur kami, masih ada hari kedua di Melaka dan 2 hari di Kuala Lumpur (Colmar Tropicale). Ditunggu ya lanjutannya, semoga cerita pengalaman kami ini berguna dan silahkan di share. 🙂
Pengeluaran Day 1
- Tiket PP Air Asia Jakarta – KL: Rp. 2.000.000
- Grab rumah ke bandara Soetta: Rp. 100.000
- Internet roaming Telkomsel 3 hari: Rp. 120.000
- Orkid Hotel 2 malam: Rp. 500.000
- Tourism Tax Hotel: RM 20 (Rp. 70.000)
- Bus KLIA2 – Melaka RM 24.10 x 2: RM 48.20 (Rp. 171.500)
- Belanja makanan bayi: RM 6 (Rp. 21.000)
- Bus Melaka Sentral – Hotel RM1 x 2 : RM 2 (Rp. 7000)
- Makan siang Indian food: RM 25 (Rp. 87.500)
- Coconut Ice Cream: RM 4 (Rp. 14.000)
- Makan Malam Jonker Street: RM 20 (Rp. 70.000)
- Souvenir: RM 10 (Rp. 35.000)
- Grab ke Hotel: RM 8 (Rp. 28.000)
Note: Kurs saat itu Rm 1 = Rp. 3500
Halo ka..mo nanya nih ini perjalann pertam dgn bayi 11 bln ku..
Rencna ke KL, apa bawa slowcooker di izinkan masuk sama pihak beacukai dsana ??
Slow cooker di masukin bagasi gak masalah kok.